oleh Anggun Fernanda
Halo Sivitas, kalian tahu tidak arti dari kata public speaking? Public speaking berasal dari dua kata dalam bahasa inggris, yaitu public dan speaking. Public bisa berarti masyarakat umum atau orang banyak. Sedangkan speaking berarti berbicara. Dengan kata lain, public speaking adalah keterampilan berbicara di hadapan orang banyak. Nah, Sivitas pernah tidak berbicara di depan umum, baik yang ada penontonnya ataupun tidak? Sebenarnya untuk public speaking sendiri mengutamakan kepada terdapatnya pendengar dari informasi yang kita sampaikan daripada sekelompok orang di hadapan kita sendiri, loh! Ada pesan yang dikirim dari komunikator kepada komunikan. Sementara menurut ahli, Aristoteles sendiri mengatakan bahwa public speaking harus mampu mengatakan sesuatu dengan jelas, singkat, dan meyakinkan.
Sekarang Sivitas sudah tahu makna dari public speaking, nih. Namun, Sivitas tahu tidak bahwa salah satu contoh dari public speaking adalah penyiar, dan salah satunya adalah penyiar radio. Nah, sekarang coba Sivitas ingat kembali masa-masa dimana Sivitas pernah menjadi MC atau pemandu acara, mempresentasikan materi ketika di sekolah, berpidato di khalayak umum, atau yang lainnya. Apakah Sivitas merasa grogi? Demam panggung? Keringat dingin ketika akan tampil? Itu reaksi yang wajar dialami bagi setiap komunikator, karena mereka akan menampilkan sesuatu yang ditonton oleh banyak orang. Permasalahan utama bagi seorang komunikator yang grogi atau demam panggung salah satunya karena ditonton oleh banyak orang secara langsung dan terdapat pemikiran “takut salah”. Namun, coba Sivitas baca kembali pengertian public speaking. Nah, fokus utama public speaking adalah terdapat pendengar baik secara langsung maupun tidak. Tapi Sivitas tahu tidak, bahwa salah satu contoh dari public speaking adalah penyiar, salah satunya penyiar radio. Nah, penyiar radio saat membawakan suatu informasi tidak harus secara langsung, yang artinya tidak bertemu penonton melainkan pendengar. Berikutnya, yuk kita bahas kenapa menjadi penyiar radio dapat melatih skill public speaking kalian.
Satu hal yang paling utama adalah tidak ada penonton secara langsung yang memperhatikan kita ketika membawakan materi dari produser. Ketika menjadi penyiar, kita dapat menjadi diri sendiri, baik dalam pakaian maupun gaya penyampaian. Namun perlu diingat, meskipun tidak ada penonton secara langsung, tapi suara kita tetap bisa diperhatikan oleh pendengar. Dalam hal ini, Sivitas harus bisa menempatkan diri menjadi pendengar. Kita mendapatkan satu pelajaran, bahwa ketika menjadi penyiar, kita bisa menempatkan diri menjadi komunikator sekaligus komunikan dalam satu waktu. Artinya, Sivitas harus menjadi penyiar yang bisa menarik interaksi para pendengar, dengan cara pahami pendengar dengan baik atau buat theatre of mind yang akan memunculkan imajinasi kepada para pendengar kita. Contohnya ketika membahas tentang enaknya mie yang diseduh saat hujan, ada bayangan yang bisa digambarkan oleh pikiran Sivitas maupun pendengar, di saat seperti ini baik Sivitas dan pendengar sudah terkoneksi oleh satu frekuensi yang sama. Bukankah sangat menyenangkan jika kita berbicara dengan orang yang sudah satu frekuensi dengan kita? Sivitas menjadi lebih berani dan percaya diri terhadap materi yang akan disampaikan.
Selanjutnya, seperti public speaking yang banyak tipe, sebuah siaran radio mempunyai program yang tentu saja tidak hanya satu, bisa saja lima bahkan lebih. Biasanya setiap program radio yang dibawakan oleh penyiar terdapat 3 tipe, yaitu:
- Formal. Contohnya Unpad News,
- Semi formal. Contohnya Tulis, Inspira
- Non-formal yang pembawaan have fun serta chill. Contohnya ada BOTW Break On The Way).
Jika kalian adalah penyiar radio, kalian dituntut untuk bisa membawakan informasi dari tiga tipe tadi. Disaat seperti itu, artinya Sivitas sudah mempelajari tipe dari public speaking. Dari tiga tipe program radio tadi, Sivitas dapat terapkan ke semua jenis dan tipe public speaking yang ada seperti pidato, presentasi di sekolah, hingga berbincang santai dengan teman.
Lanjut ke hal kece lainnya, tahapan tertinggi ketika kalian menjadi penyiar radio yaitu menyiarkan informasi bersama dengan tamu undangan. Artinya Sivitas harus bisa berkomunikasi dengan baik, karena Sivitas sekarang tidak hanya menjadi komunikator untuk para pendengar tapi juga penonton. Saat ini, Sivitas mungkin saja merasa grogi atau demam panggung, tapi kalau Sivitas sudah ingat hal yang Sivitas alami ketika menjadi penyiar radio, seharusnya mudah bukan? Selama melakukan siaran, meskipun sendiri, tapi Sivitas tetap di dengar oleh banyak orang di luar sana.
Menjadi penyiar radio bukan hanya tentang berbicara saja, tapi juga bagaimana kita sebagai penyiar mengemas informasi dengan baik dari tiga tipe program tadi kepada pendengar. Namun, ketika membawakan informasi, Sivitas juga harus memperhatikan hal yang sedang tren agar informasi yang kita sampaikan tidak lagi ketinggalan zaman. Sivitas harus berjalan bersama dengan para pendengar, jangan sampai ketika pendengar sudah sampai di tujuan, Sivitas masih menunggu jadwal keberangkatan. Menjadi penyiar yang update terhadap perkembangan jaman dapat membantu Sivitas untuk tetap terhubung dan satu frekuensi dengan para pendengar.
Jika Sivitas sudah menerapkan hal diatas tadi Sivitas dapat menjadi penyiar yang handal serta percaya diri melakukan banyak contoh public speaking di hadapan khalayak ramai sekalipun. Artinya, secara tidak langsung menjadi penyiar bisa membantu meningkatkan skill public speaking Sivitas. Sivitas yang belum atau sudah menjadi penyiar radio hanya perlu meningkatkan kemampuan, niat, dan juga keyakinan dalam diri Sivitas kalau Sivitas pasti bisa mengatasi segala ketakutan dalam public speaking Sivitas.
Sivitas!
Semangat!